![]() |
wasiat bagi pendamba Surga |
Wasiat bagi pendamba Surga
Dalam wasiat yang terangkum dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan dua sebab meraih kesuksesan hakiki—dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, yaitu:
- Beriman kepada Allah ‘azza wa jalla dan kepada hari akhir.
- Berbuat baik kepada manusia, dalam bentuk ucapan, perbuatan, harta, muamalah, dan sebagainya.
Dengan demikian, sebab pertama agar seseorang dimasukkan ke dalam surga mengandung penunaian terhadap hak Allah ‘azza wa jalla. Adapun sebab kedua mengandung penunaian hak sesama insan. (Bahjah Qulub al-Abrar, asy-Syaikh al-Allamah as-Sa’di, hlm. 218)
Beriman kepada Allah ‘azza wa jalla
Beriman kepada Allah ‘azza wa jalla mencakup beriman akan wujud-Nya, beriman akan hak rububiyah-Nya[2], beriman akan uluhiyah-Nya[3], dan beriman akan nama dan sifat-Nya[4]. Apabila hilang salah satu dari empat pokok ini pada diri seorang hamba, niscaya cacatlah keimanannya kepada Allah ‘azza wa jalla. (Syarh Tsalatsah al-Ushul, Fadhilatusy Syaikh Ibnu Utsaimin)
Beriman kepada Hari Akhir
Beriman kepada hari akhir mencakup tiga hal:
- Mengimani adanya kebangkitan dari dalam kubur,
- Mengimani adanya hisab atau perhitungan amalan dan balasannya, dan
- Mengimani adanya surga dan neraka.
Termasuk dalam keimanan kepada hari
akhir adalah memercayai seluruh kejadian setelah kematian, seperti
adanya fitnah (ujian) kubur—pertanyaan dua malaikat kepada si mayat
tentang tiga masalah—dan mengimani adanya nikmat dan azab kubur. (Syarh Tsalatsah al-Ushul)
Keimanan terhadap hari akhir ini
berkonsekuensi seseorang beramal untuk “menyambut” hari tersebut.
Tidaklah bermanfaat sekadar percaya tanpa dibarengi usaha.
Berbuat Baik kepada Manusia
Timbangan yang menjadi tolok ukur
berbuat baik kepada manusia adalah lakukan kepada manusia apa yang Anda
suka dilakukan kepada Anda.
Di sisi lain, tinggalkan semua kelakuan atau perbuatan kepada manusia yang Anda tidak suka apabila Anda diperlakukan demikian.
Semua yang Anda suka untuk diperbuat
kepada Anda, maka lakukanlah kepada manusia. Sebaliknya, apa saja yang
Anda tidak sukai untuk diperlakukan kepada Anda, jangan lakukan hal
tersebut kepada manusia.
Abu Hamzah Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, sahabat yang sejak berusia 10 tahun berkhidmat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam , menyampaikan sebuah hadits dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia menyukai untuk saudaranya apa yang dia sukai untuk dirinya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Apabila ada sebuah kejelekan yang Anda
tidak sukai jika menimpa Anda, tetapi Anda lakukan hal tersebut kepada
manusia, berarti Anda telah menyianyiakan pokok yang agung ini.
Hadits Anas radhiallahu ‘anhu
di atas menunjukkan wajibnya mencintai untuk saudara seiman apa yang
kita sukai untuk diri kita. Sebab, ditiadakannya keimanan (yang
sempurna) dari orang yang tidak sukai untuk saudaranya apa yang dia
sukai untuk dirinya sendiri, menunjukkan bahwa hal tersebut hukumnya.
Selain itu, hadits di atas
memperingatkan kita dari sifat hasad dan iri dengki kepada sesama
saudara seiman. Sebab, orang yang hasad jelas tidak suka kebaikan
diperoleh orang lain, dan justru menginginkan yang sebaliknya.
Apabila ada yang menganggap bahwa hal
ini sulit, yakni beratnya mencintai kebaikan agar diperoleh orang lain,
sebenarnya tidak demikian. Tidak ada kesulitan asalkan seseorang mau
melatih jiwanya untuk berbuat demikian. Apabila sudah terlatih, dengan
izin Allah ‘azza wa jalla akan mudah. Sebaliknya, apabila seseorang mengikuti keinginan jiwa dan hawa nafsunya, tentu akan sulit baginya. (Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, Fadhilatusy Syaikh al-Allamah Ibnu Utsaimin, hlm. 186—187)
Hasil dari menjalankan dua sebab di atas (iman kepada Allah ‘azza wa jalla dan hari akhir, serta mencintai kebaikan untuk manusia) tentulah sangat kita impikan. Sebab, itulah kesuksesan sejati. Allah ‘azza wa jalla berfirman,
فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ
“Siapa yang dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia telah sukses/beruntung.” (Ali ‘Imran: 185)
Selengkapnya silahkan di simak di : http://asysyariah.com/wasiat-untuk-pendamba-surga/