Adakah Bid’ah Hasanah?
Banyak alasan yang dipakai orang-orang untuk ‘melegalkan’ perbuatan bid’ah. Salah satunya, tidak semua bid’ah itu jelek. Menurut mereka, bid’ah ada pula yang baik (hasanah). Mereka pun memiliki “dalil” untuk mendukung pendapatnya tersebut. Bagaimana kita menyikapinya?
Di antara sebab-sebab tersebarnya bid’ah di negeri kaum muslimin adalah adanya keyakinan pada kebanyakan kaum muslimin bahwa di dalam kebid’ahan ini ada yang boleh diterima dengan apa yang dinamakan bid’ah hasanah. Pandangan ini berangkat dari pemahaman bahwa bid’ah itu ada dua: hasanah (baik) dan sayyiah (jelek).
Berikut ini kami paparkan apa yang diterangkan oleh asy-Syaikh as-Suhaibani dalam kitab al-Luma’ “Bantahan terhadap Syubhat Pendapat yang Menyatakan Adanya Bid’ah Hasanah”.
Syubhat Pertama
Pemahaman mereka yang salah terhadap hadits:
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْر أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
“Barang siapa membuat satu sunnah (cara atau jalan) yang baik di dalam Islam maka dia mendapat pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sesudahnya tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun. Dan barang siapa yang membuat satu sunnah yang buruk di dalam Islam, dia mendapat dosanya dan dosa orang-orang yang mengerjakannya sesudahnya tanpa mengurangi dosanya sedikit pun.” (Sahih, HR. Muslim no. 1017)
Bantahan
Pertama: Sesungguhnya makna dari مَنْ سَنَّ (barang siapa yang membuat satu sunnah) adalah menetapkan suatu amalan yang sifatnya tanfidz (pelaksanaan), bukan amalan tasyri’ (penetapan hukum). Maka yang dimaksud dalam hadits ini adalah amalan yang ada tuntunannya dalam Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Makna ini ditunjukkan pula oleh sebab keluarnya (asbabul wurud) hadits tersebut, yaitu berkenaan dengan sedekah yang disyariatkan.
Kedua: Rasul yang mengatakan,
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً
“Barang siapa yang membuat satu sunnah (cara atau jalan) yang baik di dalam Islam.”
adalah juga yang mengatakan,
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلاَة
“Semua bid’ah itu adalah sesat.”
Tidak mungkin muncul dari Ash-Shadiqul Mashduq (Rasul yang benar dan dibenarkan) shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu perkataan yang mendustakan ucapannya yang lain. Tidak mungkin pula perkataan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam saling bertentangan.
Dengan alasan ini, maka tidak boleh kita mengambil satu hadits dan mempertentangkannya dengan hadits yang lain. Karena sesungguhnya ini adalah seperti perbuatan orang yang beriman kepada sebagian Al-Kitab tetapi kafir kepada sebagian yang lain.
Ketiga: Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan مَنْ سَنَّ (barang siapa membuat sunnah) bukan mengatakan مَنِ ابْتَدَعَ (barang siapa yang membuat bid’ah). Juga mengatakan فِي الْإِسْلاَمِ (dalam Islam). Sedangkan bid’ah bukan dari ajaran Islam.
Beliau juga mengatakan حَسَنَةً (yang baik). Dan perbuatan bid’ah itu bukanlah sesuatu yang hasanah (baik).
Tidak ada persamaan antara As-Sunnah dan bid’ah, karena sunnah itu adalah jalan yang diikuti, sedangkan bid’ah adalah perkara baru yang diada-adakan di dalam agama.
Keempat: Tidak satu pun kita dapatkan keterangan yang dinukil dari as-salafus shalih menyatakan bahwa mereka menafsirkan “sunnah hasanah” itu sebagai bid’ah yang dibuat-buat sendiri oleh manusia.
Ditulis oleh Al Ustadz abu muhammad harits
Https://telegram.me/salafiyyun